Tuesday 26 April 2016

Audit Berbasis Resiko

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu hal yang memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja dari sebuah perusahaan adalah adanya peranan efektif dan efisien dari Satuan Pengendalian Internal atau yang sering disebut dengan Internal Audit. Pemahaman yang mendalam akan sebuah proses, teknik serta langkah-langkah dalam melakukan proses audit akan memberi dampak yang positif bagi perusahaan terutama dalam meminimalkan suatu resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan.
Internal auditor diharapkan mampu melaksanakan audit secara efektif dan efisien. Sumber daya yang terbatas yang digunakan seharusnya mampu dikelola sedemikian rupa sehingga tujuan audit yang telah ditetapkan. Hal ini berarti internal auditor harus mendahulukan pengujian dan observasi pada aktivitas yang dinilai berisiko tinggi, tidak ‘terjebak’ pada rutinitas dan kegiatan yang kurang berisiko. Juga, internal auditor harus mampu mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi perusahaan telah cukup diantisipasi dan dimitigasi oleh perusahaan. Dengan melakukan audit berbasis risiko, diharapkan para internal auditor mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi terkait dengan perencanaan tahunan audit dan melaksanakan pengujian-pengujian audit secara lebih efektif dan efsien.
Peranan Internal Auditor dengan fokus utama pengendalian atau control pada perusahaan saat ini sudah tidak memadai lagi. Kelemahan utama yang muncul adalah perencanaan audit yang tidak efektif dikaitkan dengan pencapaian misi perusahaan. Umumnya perencanaan audit disusun tidak melalui suatu basis yang memadai, melainkan hanya berdasarkan penilaian subyektif belaka. Kerap terjadi auditee yang berisiko tinggi justru tidak mendapatkan perhatian penuh dari internal audit dan sebaliknya, audit justru dilakukan pada auditee yang relatif kurang berisiko. Sehubungan dengan hal tersebut kami  menawarkan suatu program yang akan memberikan nilai tambah bagi SDM Perusahaan yang tentunya akan memberikan nilai positif juga bagi perusahaan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Risiko Audit
Risiko audit (audit risk) adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan yang disalah sajikan secara material. Tujuan audit adalah menekan risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima auditor.
Berikut adalah dua unsur utama risiko audit :
Risiko
Sifat
Sumber
Inherent Risk (Risiko Bawaan) dan Control Risk (Risiko Pengendalian)
Laporan keuangan mungkin/ berpotensi mengandung salah saji yang material.
Tujuan/ operasi entitas dan rancangan/ implementasi pengendalian internal oleh manajemen.
Detection Risk (Risiko Pendeteksian)
Auditor mingkin gagal mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keungan.
Sifat dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan auditor.
Untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, auditor harus :
-            menilai risiko salah saji yang material,
-            menekan risiko pendeteksian.
Risiko salah saji material dalam laporan keuangan berada diluar kendali auditor. Auditor harus melakukan penilaian risiko untuk menentukan risiko salah saji materialnya. Selanjutnya, auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sabagai tanggapan terhadap risiko yang dinilainya.
Risiko yang dinilai auditor mengenai salah saji material adalah risiko pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi (untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan).



Komponen risiko audit :
Risiko
Penjelasan
Komentar
Inherent Risk (Risiko Bawaan)
Ketentuan suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan) terhadap salah saji yang mungkin material, sendiri atau tergabung, tanpa memperhatikan pengendalian terkait.
Meliputi peristiwa atau kondisi yang dapat menghasilkan salah saji dalam laporan kuangan. Sumber risiko dapat terjadi karena tujuan entitas, sifat operasi/ industri, lingkungan peraturan dimana entitas beroperasi, serta ukuran dan kompleksitas entitas.
Control Risk (Risiko Pengendalian)
Risiko bahwa suatu salah saji bisa terjadi dalam suatu asersi dan bisa material, sendiri atau tergabung dengan salah saji lainnya, tidak tercegah atau terdeteksi dan terkoreksi pada waktunya oleh pengendalian intern entitas.
Manajemen merancang pengendalian untuk memitigasi suatu faktor risiko tertentu.
Detection Risk (Risiko Pendeteksian)
Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan auditor untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, tidak akan mendeteksi salah saji yang bisa material, secara individu atau tergabung dengan salah saji lainnya.
Auditor menilai risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan asersi.



B.     Komponen Risiko Audit
Risiko
Penjelasan
Komentar
Inherent Risk (Risiko Bawaan)
Kerentanan suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo, akun atau pengungkapan) terhadap salah saji yang mungkin material, sendiri atau tergabung, tanpa memperhitungkan pengendalian terkait.
Meliputi peristiwa atau kondisi (internal atau eksternal) yang dapat menghasilkan salah saji (error/fraud) dalam laporan keuangan. Sumber risiko dapat timbul karena tujuan entitas, sifat operasi/industri, lingkungan peraturan dimana entitas beroperasi, serta ukuran dan kompleksitas entitas.
Control Risk (Risiko Pengendalian)
Risiko bahwa suatu salah saji bisa terjadi dalam suatu asersi dan bisa material, sendiri atau tergabung dengan salah saji lainnya, tidak tercegah atau terdeteksi dan terkoreksi pada waktunya oleh pengendalian intern entitas
Manajemen merancang pengendalian untuk memitigasi suatu faktor risiko tertentu (business/fraud risk factor). Suatu entitas menilai risikonya dan kemudian merancang dan mengimplementasi pengendalian yang tepat untuk mengurangi risk exposure sampai tingkat yang dapat diterima (tolerable/acceptable level).
Pengendalian bisa bersifat pervasif atau spesifik, yang :
·         Pervasif, misalnya sikap manajemen terhadap pengendalian, komitmen untuk menggunakan tenaga kompeten, dan mencegah fraud. Ini secara umum disebut entity-level controls (pengendalian di tingkat entitas)
·         Spesifik atau khas ditujukan pada transaksi, sejak awal atau persiapan transaksi (initation), pengolahan (processing), sampai pencatatan (recording). Ini disebut business proscess controls (pengendalian proses bisnis), activity-level controls (pengendalian tingkat aktivitas), atau transaction controls (pengendalian transaksi)
Detection Risk (Risiko pendeteksian)
Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan auditor untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, tidak akan mendeteksi salah saji yang bisa material, secara individu atau tergabung dengan salah saji lainnya.
Auditor menilai risiko salah saji material (inherent & control risk) pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Prosedur audit dibuat untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima. Dalam menyusun prosedur audit ada pertimbangan mengenai potensi risiko karena :
·         Memilih prosedur audit yang tidak tepat;
·         Salah menerapkan prosedur audit; atau
·         Salah menafsirkan hasil dari prosedur audit.



C.    Melaksanakan Audit Resiko
                Penjelasan kutipan dari ISA mngnai pelaksanaa  suatu audit berbasis risiko
Alinea
Pokok Bahasan
Terjemahan Alinea yang Bersangkutan
200.15
Skeptisme Profesional
Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan audit dengan skeptisme profesional dengan menyadari mungkin ada situasi yang menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan secara meterial (Alinea A18-A22)
200.16
Kearifan profesional
Auditor wajib melaksanakan kearifan profesional dalam merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan (Alinea A23-A27)
200.17
Asurans yang layak
Untuk memperoleh asurans yang banyak, auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menekan risiko audit e tingkat rendah yang dapat diterima, dengan memungkinkan auditor menarik kesimpulan yang layak untuk digunakan sebagai dasar pemberian pendapat auditor (Alinea 28-A52)
200.21
Gunakan tujuan ssuai ISAS yang relevan
Untuk mencapai tujuan menyeluruhnya, auditor wajib menggunakan tujuan yang dnyatakan dalam ISAs yang relevn dalam merencanakan dan melaksanakan audit tersebut. Dengan memperhatikan keterkaitan di antara (bebrbagai ISAs) untuk : (Alinea A67-A69):
a.       Menentukan apakah prosedur audit tambahan disamping yang mewajibkan ISAs memang diperlukan untuk mencapai tujuan yang dinyatakan dalam ISAs: dan (ref : par.A70)
b.      Menevaluasi apakah bukti audit yng cukup dan tepat sudah diperoleh (ref par.A71)

           



Makna audit berbasis risiko , mengandung tiga langkah kunci
Tahap/Langkah
Penjelasan
Risk Assesment (Menilai risiko)
Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan meniali risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan
Risk response (menanggapi risiko)
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi risiko (salah saji yang material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan asersi
Reporting (pelaporan)
Tahap melaporkan yaitu :
a.       Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh
b.      Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat sesuai kesimpulan yang di tarik

·         Menilai Risiko/Ris Assesment
            Kutipan ISA 315.3 mengenai tujuan auditor dalam Proses Audit Tahap 1
“Tujuan Auditor adalah mengidentifikasi dan menilai salah saji yang material,karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman terhadap entitas dan lingkungannya. Termasuk pengendalian intern entita, yang memberikan dasar untuk merancang dan mengimplementasi tanggapan terhadap risiko (salah saji material)yang dinilai”
·         Menanggapi Risiko/Risk Response
            Kutipan dari ISA 330.3 mengenai tujuan auditor dalam Proses Audit Tahap 2
“Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup tepat tentang risiko (salah saji material) yang dinilai , dengan merancang dan mengimplementasikan tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut”
            Tanggapanauditor terhadap risiko yang dinilai untuk risiko salah saji material, didokumentasikan dalam suatu rencana audit yang :
-          Berisi tanggapan menyeluruh atas risiko yang diidentifikasi pada tingkat laporan keuangan
-          Menangani area laporan keuangan yang material
-          Berisi sifat, luasnya, an penjadwalan prosedur audit spesifik untuk menanggapi risiko salah saji material, pada tingkat asersi

·         Hal yang menjadi pertimbangan auditor dalam merencanakan kombinasi prosedir audit yang tepat untuk menanggapi risiko yaitu :
1.      Uji pengendalian (Test of Controls)
a.       Identifikasi pengendalian intern yang relevan, jka yang diuji dapat mengurangi lingkup prosedur substantif lainnya. Umumnya jumlah sampel (sample size) dalam uji pengendalian jauh lebih sedikit dari jumlah sampel dalam uji sustantif suatu arus transaksi.
b.      Identifikasi setiap asersi yang tidak dapat ditangani dengan prosedur substanti saja. Contoh, ketika menguji asersi lengkapnya penjualan dalam entitas kecil, dan situasi di mana transaksi diproses secara otomatis (dalam penjualan internet)
2.      Prosedur Analitikal Substantif (Substantive Analytical Procedures)
Prosedur dimana jumlah total suatu arus transaksi (penjualan) dapat diperkirakan dengan cukup tepat berdasarkan bukti yang tersedia
3.      Pendadakan (Unpredictability)
Dalam proses audit memang perlu memasukkan unsur pndadakan ketika menanggapi salah saji material karena kecurangan.
4.      Management Override
Auditor mempertimbangkan perlu prosedur audit yang spesifik menangani kemungkinan management override atau putusan manajemen untuk meniadakan pengendalian dengan membuat “pengecualian”
·         Pelaporan/Reporting
Kutipan dari ISA 700.6 mengenai tujuan auditor dalam Proses Audit Tahap 3

D.    Manfaat Audit Berbasis Risiko
a.       Fleksibilitas waktu
Karena prosedur penilaian risiko tidak menguji transaksi dan saldo secara rinci, prosedur itu dalam dilaksanakan jauh sebelum akhir tahun. Hal ini dapat menyeimbangkan beban kerja audit secara merata sepanjang tahun. Juga member waktu yang cukup bagi klien untuk menanggapi temuan mengenai kelemahan dan sebagainya. Akan tetapi apabila laporan keuangan bulanan tidak tersedia maka penilaian risiko anatikal akan berjalan dengan lambat.
b.      Upaya tim audit berfokus pada area kunci
Dengan memahami dimana risiko salah saji material bisa terjadi dalam laporan keuangan, auditor dapat megarahkan tim audit ke hal-hal berisiko tinggi sehingga mengurangi pekerjaan pasa lower risk. Dengan demikian sumber daya atau staf audit dimanfaatkan sebaik baiknya.
c.       Proses audit berfokus pada risiko
Proses audit selanjutnya dirancang untuk menaggapi risiko yang dinilai. Oleh karena itu, uji rincian yang hanya menanggapi risiko secara umum, akan dapat dikurangi secara signifikan atau bahkan sama sekali dihilangkan.
d.      Pemahaman atas pengendalian internal
Pemahaman atas pengendalian intern (yang diwajibkan ISA) memungkinkan auditor mengambil keputusan yang tepat, untuk menguji/tidak menguji efektifnya pengendalian intern. Iji pengendalian (beberapa pengendalian hanya perlu diuji setiap tiga tahun) sering mengurangi banyak pekerjaan, dibandingkan dengan pelaksanaan uji rincian secara ekstensif.
e.       Komunikasi tepat waktu
Pemahaman terhadap pengendalian intern yang meningkat, memungkinkan auditor mengidentifikasi kelemahan dalam pengendalian intern, yang sebelumnya tidak diketahui. Mengkomunikasikan kelemahan pengendalian intern kepada manajemen secara tepat waktu memungkinkan entitass mengambil tindakan yang tepat, dan yang menguntungkan entitas. Hal ini juga dapat menghemat waktu pelaksanaan audit.


E.     ISA’s Untuk Entitas Kecil
            ISAs tidak membedakan pendekatan audit untuk entitas yang terdiri dari satu orang dan pendekatan audit untuk entitas yang mempekerjakan ribuan pegawai. Konsekuensinya adalah pendekatan dasar suatu audit tidak berubah sekadar karena entitasnya kecil.
            Istilah audit dimaksudkan untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada pemakai laporan keuangan. Pesan itu adalah bahwa auditor sudah memperoleh asurans yang layak bahwa bebas dari salah saji yang material, tanpa memedulikan ukuran atau jenis entitas yang diaudit. Tujuannya adalah untuk membantu auditor menerapkan clarified ISAs secara berhasil guna.
            Butir-butir penting dari bagaimana ISA menghadapai kenyataan bahwa UKM sangat berbeda dari entitas yang lebih besar dan komplek, sebagai berikut
1.      Tujuan audit adalah sama untuk ukuran audit apapun
2.      Prosedur audit khusus/spesifik bervariasi, tergantung ukuran entitas dan  risiko yang dinilai.
3.      ISAs memusatkan perhatian pada hal-hal yang harus ditangani auditor bukan pada detail dari prosedur audit khusus/ spesifik.
4.      Rancangan dari rosedur audit khusus selanjutnya tergantung dari penilain risiko oleh auditor.
5.      Penerapan kearifan professional (professional judgment) yang tepat, sangatlah penting dalam menentukan prosedur audit untuk menanggapi risiko yang diniai.
6.      Kearifan professional tidak dapat dijadikan alasn untuk tidak mematuhi ketentuan ISA kecuali dalam situasi istimewa ( exceptional circumstances ).

            Sebagai tambahan, ISAs berisi sejumlah alinea yang membahas pertimbangan  khusus untuk audit entitas kecil dan menengah . Bahan-bahan ini merupakan petunjuk berharga dalam menerapkan ketentuan ISA tertentu dalam konteks audit entitas kecil dan menengah.
           
            Beberapa saran untuk menerapkan kewajiban dan ditetapkan ISAs dalam penugasan audit yang kecil adalah sebagai berikut.
1.      Ambillah waktu untuk membaca seluruh clarified ISAs, dan latih staf.
2.      Ambillah waktu untuk merencanakan audit dengan baik, meskipun entitasnya kecil.
3.      Evaluasi lingkungan pengendalian ( control environment ). Inilah komponen pengendalian internal yang sangat menentukan dalam entitas kecil.
4.      Sempurnakan auditnya, buat peningkatan dari tahun ke tahun, apakah KAP anda atau KAP lain yang mengaudit tahun lalu.

DAFTAR PUSTAKA

Elder, Randal J., dkk., Jasa Audit dan Assurance, Salemba Empat., Jakarta, 2013
Tuanakotta, Theodorus M. Audit Berbasis ISA, Salemba Empat., Jakarta, 2013


No comments:

Post a Comment