Konon pada sebuah kampung yang bernama Emplak atau Karangtunjang, tinggalah sepasang kakek dan nenek samti (aki dan nini)
bernama Ambu Kolor dan Arga Piara yang hidup dalam ikatan cinta kasih
abadi. Aki yang memiliki kegemaran memancing di laut, suatu hari tak
kunjung pulang dan si Nini menunggu di rumah dengan harap-harap cemas.
Haripun
beranjak petang namun si Aki tidak juga muncul kembali ke rumah. Si
Nini yang tidak sabar menunggu, akhirnya berangkat mencari Aki ke tapi
pantai, namun betapa malangnya, karena sampai siang berganti malam yang
dicari tak kunjung datang.
Sepanjang tepian pantai Nini memanggil-manggil Aki, tapi suaranya hilang ditelan gemuruh ombak. Para tetangga yang ikut mencari akhirnya semua kembali ke rumah masing-masing dan tinggalan Nini sendirian merenungi nasib diri.
Dengan
kesaktiannya si Nini memohon kepada sang Ratu Laut Selatan Nyi Roro
Kidul, agar dapat dipertemukan kembali dengan sang kekasih.
Permohonan
tersebut ternyata dikabulkan. Tidak lama kemudian munculah dihadapan di
Nini sebuah karang dalam keadaan mengambang, sebagai perwujudan jasad
si Aki (sekarang batu karang tersebut dinamakan Bale Kambang dan siapa
pun orang yang berdiri di atasnya akan terasa bergoyang).
Sebagai
bukti dari cinta kasih dan kesetiannya, si Nini tak mau beranjak pergi
dan ia kemudian bersemedi memohon kembali agar dirinya dapat selalu
berdekatan dengan si Aki. Permohonan itu dikabulkan, karena tidak
beberapa lama si Nini pun akhirnya menjemla menjadi batu karang yang
persis menghadap ke arah Bale Kambang dan kemudian orang menamakannya
Karang Nini.
Sampai
berabad-abad kemudian, dua buah batu karang yang berhadap-hadapan itu
tetap kokoh di tempatnya menjadi simbol cinta dan kesetiaan. Hanya saja
pada tahun 1918 bagian karang yang menyerupai kepada si Nini putus
disambar petir menyisakan bagian yang sekarang kita nikmati.
No comments:
Post a Comment