Monday, 18 July 2016

cadas pangeran sumedang

Kisah diawali dengan wafatnya bupati Sumedang yaitu bupati Surya Negara,anaknya yang bernama Raden Jamu yang pada saat itu masih berumur 20 tahun,sehingga belum dapat diangkat menjadi bupati untuk menggantikan ayahnya karena tidak memenuhi syarat. Akhirnya setelah melalui mufakat dipilihlah Demang Tanubaya sebagai Bupati yang baru,tak lama ia digantikan oleh Demang Patrakusumah. Raden Jamu melarikan diri saat akan dinikahkan dengan Raden Ayu Candranegara menuju Limbangan. Dari limbangan, Raden Jamu menuju Cianjur disana Raden Jamu di angkat menjadi Wedana di Cikalong. Melihat keadaan Sumedang yang semrawut Bupati Cianjur mengirimkan surat untuk Gubernur di Batavia. Akhirnya Bupati Sumedang yang pada saat itu adalah Tanubaya II di gantikan oleh Raden Jamu dengan gelar Adipati Suryanegara atau Pangeran Kusumahdinata sebagai adipati Sumedang yang ke-12.
       Dibawah pimpinan Pangeran Kusumahdinata Sumedang mencapai kemakmurannya. Namun pada saat itu pemerintah Belanda mengutus Herman Willem Daendels sebagai gubernur Jendral dihindia Belanda. Daendelslah yang memerintahkan untuk membangun jalan sepanjang 100km dari Anyer-Panarukan. Pembuatan jalan ini dimulai dari Anyer terus ke Serang, ke Tanggerang, ke Jakarta, Bogor, Bandung dan sampailah diSumedang.
Ribuan pekerja rodi yang meninggal paling banyak didaerah Bandung-Sumedang. Didaerah tersebut memang memiliki medan yang berbukit cadas dan rawan longsor. Bila tidak hati-hati,banyak pekerja yang meninggal karena tertimbun tanah longsor maupun tertimpa bebatuan besar. Banyak pula yang terjerembab kejurang selama pembangunan jalan itu.
       Atas kenyataan itulah,Pangeran kornel berencana secara terang-terangan melawan Daendels. Pangeran Daendels pergi ketempat pembuat jalan itu,kemudian ia bertemu dengan Daendels.Daendels bertanya kepada pangeran kornel mengenai sikapnya itu. Tanpa perasaan takut,Pangeran Kornel menjawab bahwa pekerjaan yang dibebenkan kepada rakyat Sumedang terlalu berat. Setelah mengucapkan alasannya, Pangeran Kornel menantang Daendels. Ia berkata bahwa  bupati Sumedang yang bernama Kusumahdinata lebih baik berkorban sendiri ketimbang harus mengorbankan rakyat Sumedang yang samasekali tak berdosa.Mendengar alas an yang tegas dan jelas tersebut, Daendels pun berjanji akan mengabil alih pekerjaan pembuatan jalan oleh pasukan Belanda,sedangkan rakyat Sumedang diperkenankan hanya untuk membantu saja. Namun semua itu  ternyata bohong. Pertempuranpun berkecamuk disana. Rakyat Sumedang serta merta angkat senjata,membantu jungjunan mereka. Lantaran kekuatan yang tidak seimbang,akhirnya tentara penjajah berhasil memadamkan pemberontakan Pangeran Kornel dengan memakan korban yang banyak.Sedangkan Pangeran Kornel yang gagah berani itu gugur diujung bedil pasukan Belanda.
       Untuk mengenang keberanian pangeran kornel yang rela gugur dalam memperjuangkan atau membela kepentingan rakyat Sumedang yang sangat dicintainya, maka jalan yang melintasi bukit bercadas itu dinamakan CADAS PANGERAN.

No comments:

Post a Comment