Monday, 18 July 2016

legenda gunung tampomas

Gunung Tampomas adalah salah satu gunung di Jawa Barat yang terletak di Kabupaten Sumedang. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masuk Kecamatan Buahdua, Congeang, Sidang kerta dan Cibereum Kabupaten Sumedang. Keadaan Taman Wisata ini bergunung-gunung dengan ketinggian antara 625-1.685 meter di atas permukaan laut dan seluas 1 Ha. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di gunung Tampomas temasuk iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata 3.158 mm per tahun. Puncak Gunung Tampomas disebut Sangiang Taraje. Lokasi ini sangatlah keren karena dari puncak kita bisa melihat pemandangan alam yang indah ke arah Sumedang dan sekitarnya. Ada juga lubang-lubang bekas kawah dan batu-batu besar berwarna hitam yang menambah keindahan lokasi ini bagi yang bisa melihatnya. Badan gunung ini dikellingi oleh 5 kecamatan (Cimalaka, Paseh, Conggeang, Buahdua dan Tanjungkerta). Masing-masing kecamatan memiliki air terjun dan beberapa mata air. Keistimewaan dari wilayah Sumedang ini adalah mempunyai sebuah gunung yang nunggal jadi tidak heran kalau Gunung Tampomas itu sangat dikeramatkan. Asal nama Sumedang adalah Su -Medang-Larang. Su berarti bagus, sae, elok. Medang berarti wilayah yang bersinar, tempat yang bercahaya, terang, caang, madangan. Larang berarti mahal, tiada bandingannya.

Gunung tersebut merupakan gunung yang paling tinggi di bumi Sumedang, menyimpan mitos yang belum terungkap. Kisah yang telah diwariskan secara turun temurun menuturkan Gunung tersebut ratusan tahun dipandang sebagai tempat kekuatan gaib. Orang pertama yang menginjakan kaki di gunung tersebut adalah Prabu Sokawayana (putra Prabu Guru Haji Adji Putih) yang kedua, atau adik kandung Prabu Tadjimalela. Beliau mengadakan perjalanan keliling ke daratan tinggi tersebut atas perintah ayahnya agar memperluas wilayah pemukiman di sekitar kaki gunung tersebut. Kemudian mendirikan Medang Kahiyangan artinya tempat ngahiyang atau tilem. Dalam perkembangannya tempat tersebut disucikan menjadi tempat keramat yang memiliki kekuatan gaib. Bagi seseorang yang menyempurnakan ilmu disitu akan mampu ngahiyang atau hilang tanpa bekas.

Memasuki abad ke-XVIII, gunung tersebut akan meletus bahkan penduduk di sekitarnya diguncang gempa. Pangeran Sumedang datang ke gunung tersebut untuk melakukan deteksi kebatinan, dengan menancapkan keris pusaka Kujang Emas ditengah-tengah puncaknya. Kemudian setelah itu dari perut gunung mengeluarkan aip panas yang mengalir ke kawasan Conggeang dan sekitarnya.Sejak itu pula gunung tersebut dikenal dengan Gunung Tampomas, diambil dari perkataan “tanpa kujang emas) akan meletus.

Semula gunung Tampomas bernama gunung Gede dan sebelumnya bernama gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan gunung tersebut menyebutnya dengan Gunung Tampomas. Tampomas berasal dari kata Tampo Emas yang berarti yang menerima emas (berupa senjata pustaka yang terbuat dari logam mas yang disebut dengan Pendok Mas yang disimpan di Puncak gunung dengan cara supranatural agar gunung itu tidak meletus maka alhasih Conggeang sebagai buangan gas dan air panas dari dalam perut gunung). Menurut sejarah gunung Tampomas dulunya sering meletus dan berakibat masyarakat sekitar gunung menderita.

Gunung Tampomas dihuni oleh pelbagai jenis fauna seperti trenggiling, owa yang mukanya berwarna hitam, lutung dan monyet biasa. Ada juga Harimau Lodaya, Harimau Kumbang, Harimau Tutul, Meong Congkok, Landak, berbagai jenis ular dan kaljengking.Adapun flora yang ikut menghuni gunung ini seperti Jamuju, Rasamala, dan Saninten.

Dongeng Tampomas.

Dengan melihat Gunung Tampomas yang menjadi salah satu saksi bisu perjalanan sejarah Sumedang pada khususnya dan tanah Sunda pada umumnya, kabarnya bagi sebagian orang akan terasa suasana mistis yang cukup kuat, oleh karenanya Gunung ini banyak dijadikan tempat bertapa, semedi, atau ngelmu, karena kabarnya dulu Prabu Siliwangi juga pernah bertapa di gunung ini.

Dilihat dari tempat-tempat tertentu pun suasana mistik bisa terasa, seperti halnya tidak tahu kenapa ketika mengambil foto atau gambar ini dari kawasan hutan di Wargaluyu ini saya merasakan hawa mistik yang lumayan kuat , ah terlepas dari itu semua saya jadi ingat sebuah cerita rakyat tentang Gunung Tampomas dengan judul Sasakala Gunung Tampomas, yang menceritakan asal muasal nama Gunung Tampomas. Sasakala sendiri artinya adalah mitos atau dongeng, ..berkaitan dengan Sasakala Gunung Tampomas sendiri kurang lebih begini ceritanya :

Sasakala Gunung Tampomas

Diceritakan, Gunung Gede yang ada di Sumedang mengeluarkan suara yang menyeramkan.

Suaranya bergemuruh, dari puncaknya keluar asap bercampur debu yang menyala-nyala, dan sepertinya gunung ini akan meletus. Rakyat Sumedang ketika itu sangat-sangat kaget dan ketakutan melihatnya dan berfikir bagaimana jadinya jika Gunung Gede itu benar-benar meletus ?

Tidak diketahui siapa Bupati yang menjabat waktu itu, tapi yang pasti bupati tersebut sangat sayang dan welas asih kepada rakyatnya serta bijaksana. Walau belum ada rakyat yang melapor, sebenarnya beliau telah mengetahui bagaimana kedaan rakyatnya yang diliputi kegelisahan saat itu, dan beliau tidak berhenti memutar otak dan berpikir keras agar bisa menyelamatkan rakyatnya.

Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar, bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatkan rakyatnya.

Dengan kesungguhannya berdoa, Alhamdulillah, maksud Kanjeng Bupati kesampaian. Pada suatu malam, Kanjeng Bupati bermimpi didatangi seorang kakek, kakek-kakek tersebut memakai pakaian serba putih dan berbicara dengan sangat jelas "Cucuku yang tampan dan gagah, Eyang sudah tahu bagaimana kebingungan serta kegelisahanmu, Eyang ingin membantu agar rakyat cucuku bisa lepas dari ketakutan dan kekhawatirannya. Gunung Gede harus ditumbal oleh keris pusaka kepunyaan Cucuku yang terbuat dari emas. Dan Eyang titip, cucu jangan merasa sayang dan menyesal (telah menumbalkan keris emas), nah begitu saja dari Eyang".

Setelah berkata demikian, kakek tersebut langsung menghilang dari mimpi Kanjeng Bupati...setelah diterimanya ilapat atau wejangan tersebut, Kanjeng Bupati bergegas keluar dari kamar dan membawa keris pusaka miliknya.

Beliau langsung berangkat menuju ke puncak Gunung Gede, beliau sigap dan terlihat terburu-buru karena takut Gunung Gede keburu meletus...walaupun rakyatnya saat itu sedang dilanda kebingungan, tapi ketika menyaksikan Bupatinya berangkat ke puncak gunung mereka tidak berdiam diri, mereka tidak tega Bupati pergi seorang diri...dan akhirnya mereka pun meyertai kepergian Bupati ke puncak Gunung Gede.

Setibanya di puncak Gunung Gede, Kanjeng Bupati tidak berlama-lama...keris emas yang digenggamnya langsung dilemparkannya ke kawah Gunung Gede, rakyat yang dari tadi mengikutinya hanya bisa melongo dan tidak percaya, karena mereka tahu keris tersebut adalah keris kesayangan Kanjeng Bupati. Ketika keris tersebut sudah berada dalam kawah Gunung Gede, seketika itu juga suara yang tadinya menggelegar angker menakutkan langsung hilang seketika. Bumi yang bergetar seolah gempapun langsung hilang tak terasa lagi getarannya. Seketika rakyat langsung bersorak bersuka cita dan langsung sujud kepada Kanjeng Bupati sebagai tanda terima kasih dan semua berikrar akan setia kepadanya, ikrar tersebut diterima oleh Bupati dengan haru dan sikap rendah hati...hatinya gembira karena bisa menghindarkan rakyatnya dari bencana.

Semenjak saat itu, Gunung Gede tersebut disebut dengan nama Gunung Tampa Emas (menerima emas) oleh penduduk sekitar, dan seterusnya pengucapannya berubah jadi "Gunung Tampomas".

No comments:

Post a Comment