Alkisah, ada seorang pemuda yang
sedang menyambit rumput di wilayah Sindang. Ketika ia sedang
asyik-asyiknya menyabit rumput turun hujan gerimis. Tidak lama kemudian
terlihat ada pelangi. Sang penyabit rumput melihat ujung pelangi jatuh
di sebuah sumur milik masyarakat setempat. Merasa heran, pemuda tadi
mendekati sumur, namun ia tertegun karena di sumur tersebut ada tujuh
orang bidadari yang sedang mandi.
Saat
ia memperhatikan ketujuh bidadari yang cantik jelita tersebut,
terbersit di dalam hatinya untuk mempermainkan salah seorang bidadari.
Ia mengambil salah satu baju yang disimpan tidak jauh dari sumur.
Setelah merasa cukup bersenang-senang mandi, pada bidadari hendak pergi
ke tempat asalnya, kayangan. Setelah mengenakan pakaian, ternyata masih
ada salah seorang bidadari masih sibuk mencari pakaiannya. Namun, karena
teman-temannya sudah tidak sabar menunggu, akhirnya ia berkata,
“Tinggalkan saja aku di sini, nanti jika pakaiannya sudah ketemu akan
menyusul”. Setelah lelah mencari sampai sore hari pakaiannya tidak juga
ketemu, ia terduduk lesu di tepi sumur. Melihat bidadari sedang duduk
sendirian, sang pemuda yang mencuri pakaiannya menghampir, seraya
berkata, “Adik sedang apa? Sekarang sudah menjelang malam mari
beristirahat di rumahku.”
Singkat
cerita, akhirnya kedua makhluk tadi menikah dan dikaruniai seorang
putera. Pada saat memasak untuk keluarganya, ada suatu keanehan yang
biasa dilakukan oleh sang Bidadari. Ia hanya mengambil beberapa butir
padi kemudian disimpan di dalam wajan. Tidak lama kemudian wajan dibuka
dan padi sudah berubah menjadi nasi. Begitu yang dilakukan bidadari
setiap ia menanak nasi.
Suatu
hari sang Bidadari hendak berangkat ke suatu tempat, maka ia berpesan
kepada suaminya agar menjaga padi yang sedang dimasak di dalam wajan dan
jangan sesekali membuka wajan tersebut. Namun setelah keberangkatan
isterinya, sang suami penasaran ingin membuka wajan tersebut, ketika
dibuka terlihat butiran padi. Ketika isterinya pulang, ia langsung
membuka wajan dan dilihatnya hanya butiran padi. Maka ia berkata dalam
hatinya bahwa suaminya telah melanggar janji untuk tidak membuka wajan.
Mulai saat itu, sang bidadari harus menanak nasi seperti sekarang.
Suatu
ketika pada saat sang bidadari sedang mengambil padi di lumbung, ia
menemkan pakaiannya. Maka terbanglah ke kayangan. Suaminya mondar-mandir
mencari isterinya karena anaknya ingin menyusui. Maka terdengarlah
suara bahwa saat ini ia sudah kembali ke kayangan dan jika anaknya ingin
menyusui simpan saja di suatu tempat yang aak tinggi, nanti dia akan ke
sana dan setelah menyusui akan kembali ke kayangan lagi.
No comments:
Post a Comment