Sunday, 17 July 2016

ki rangga gading

Pada zaman dahulu, Tasik masih merupakan “dayeuh” (Kota) Sukapura dan disuatu hari ada yang bernama Ki Rangga Gading yang sangat sakti, tetapi kesaktiannya itu di salah gunakan untuk mencuri dan merampok. Karena kesaktiannya itu Ki Rangga Gading tidak pernah tertangkap. Krena Ki Rangga Gading bisa mengubah tubuhnya menjadi apa saja. Seperti hewan, tumbuhan, batu bahkan air.
Dan disuatu hari Ki Rangga Gading mencuri lima ekor kerbau, dan pencurian tersebut sengaja dilakukan pada siang hari untuk menunjukkan kesaktiannya itu pada masyarakat sekitar. Dan masyarakat mencari Ki Rangga Gading karena kesaktian Ki Rangga Gading yang dia miliki mampu mengecoh masyarakat yang mencari dirinya karena kesaktian Ki Rangga Gading dia mengubah telapak kaki kerbau menjadi terbalik, sehingga telapak kaki kerbau berlawanan arah dan orang-orang yang mengerjarnya terkecoh karena mengikuti jejak kaki kerbau tersebut.
Akhirnya warga pun memutuskan mencarinya ke Pasar, karena Ki Rangga Gading pasti menjual kerbau-kerbau tersebut di jualnya di Pasar. Tetapi kesaktian Ki Rangga Gading mampu mengubah tanduk kerbau yang tadinya ke atas menjadi melengkung ke bawah dan kulit kerbau yang tadinya hitam berubah menjadi warna putih. Lalu selamatlah dia dari masyarakat yang mengerjarnya itu.
Ki Rangga Gading mendengar kabar bahwa di Karangmunggal terdapat tempat keramat terdapat emas yang sangat melimpah dan tanah tersebut dijaga oleh polisi dan para sesepuh kampung agar tidak ada yang mengganggu. Mendengar kabar itu Ki Rangga Gading pun ingin memilikinya dia pun bergegas naik ke pohon kelapa dan di potonglah pelepah tersebut dengan kesaktian yang dia miliki pelepah itu pun terbang menuju Karangmunggal.
Ketika sudah sampai Karangmunggal Ki Rangga Gading mengubah dirinya menjadi seekor kucing untuk mengelabui para polisi dan para sesepu yang menjaga tempata tersebut dan tentu saja para polisi dan para sesepuh pun tertipu. Kucing jelmaan Ki Rangga Gading santai saja mengeruk tanah yang mengandung emas tersebut dan dia memasukkan ke dalam karung yang telah disediakan sebelumnya. Setelah karung tersebut terisi penuh dengan emas, Ki Rangga Gading pun bergegas pergi dengan menggunakan pelepah yang dia gunakan menuju tempat persembunyiannya.
Dan sebelum tiba di tempat persembunyiannya dia turun untuk berjalan kaki, lalu di tempat yang sangat sepi dia beristirahat sambil melihat hasil curiannya kemudian dia mengambil segenggam dari hasil curiannya itu dan di tebarkanlah agar menjadi tempat keramat dan sampai saat ini tempat tersebut dikenal dengan nama Salawu yang berasalmdari kata Sarawu yang artinya “segenggam”.
Lalu Ki Rangga Gading pun melanjutkan perjalanannya, di saat dia tengah beristirahat dia menggantungkan karung  yang dia bawa didahan pohon dan sampai sekarang tempat tersebut dikenal dengan Kampung Karanggantungan yang terletak di Kecamatan Salawu dan nama itu pun berasal dari kata tanah Karangmunggal digantungkan.
Kemudian Ki Rangga Gading pun melanjutkan perjalanannya, setelah dia lama berjalan kemudian dimulai banyak mengeluarkan keringat dan dia pun memutuskan untuk mandi di mata air yang sangat jernih dan kemudian digantungkan lagi karung yang dia bawa, tetapi karung tersebut berayun-ayun terus (guntal-gantel) tidak mau berhenti. Dan sampai sekarang kampung tersebut terkenal dengan Kampung Guntal Gantel.
Ketika dirinya tengah asik mandi dia terkegut karena dihadapannya berdiri seorang Pak Tua. Wajah Pak Tua itu bercahaya dan menggunakan sorban serta jubah putih. Pak Tua itu seorang ulama yang mempunyai ilmu yang sangat tinggi sambil tersenyum orang tua itu berkata, “Sedang apa kau Rangga Gading? Tiduran diatas tanah sambil telanjang, udah kaya anak kecil saja?” Ki Rangga Gading pun sangat terkejut dan merasa malu dan mendadak badannya terasa lemah tak berdaya, dia berkata, “duh eyang ampun, saya lemas tolonglah saya, saya tobat, saya ingin menjadi murid eyang”  dan sejaka kejadian itu Ki Rangga Gading menjadi murid Pesantren Guntal Gantel.
Disuatu ketika Pesantren Guntal Gantel tertimbun tanah longsor yang akibat gempa bumi. Pada saat kejadian itu para ulama dan santrinya sedang tilem (tidur) katanya mereka menjadi kodok dan oleh sebab itu tempat tersebut menjadi angker. Yang dinamakan “Bangkongrarang” yang berasal dari kata tanah yang dibawa dari karang dan banyak katak (loba bangkong).
Sampai saat ini “Bangkongrarang” dan “Guntal-Gantel” masih ada, tetapi hanya berupa pasir yang berada ditengah sawah yang luas. Barangsiapa yang berani menginjak tanah tersebut akan merasakan akibatnya dan apabila seekor burung melintas diatas tanah tersebut akan jatuh dan mati seketika dan apabila bulan puasa terdengar saat sahur dan sayup-sayup dari tempat itu berbunyi bedug, jangan heran mendengar suara bedug karena itu berasal dari santri-santri dari Pesantren Guntal Gantel yang sedang tidur dan yang dipimpin oleh Ki Rangga Gading.

No comments:

Post a Comment