Di sebuah hutan di Kepulauan Aru, hiduplah sekelompok hewan. Mereka
hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Namun, akhir-akhir ini
sesuatu mengusik mereka, yaitu kesombongan sekelompok rusa yang merasa
diri sebagai hewan paling hebat hanya karena mereka mampu berlari cepat.
Pada saat itu memang tidak ada hewan lain yang mampu menandingi
kecepatan mereka.
Semakin hari, kesombongan mereka semakin menjadi-jadi. Mereka terus
saja mengajak hewan lain berlomba lari dan mengejek mereka.
Lama-kelamaan, mereka juga menjadi tamak. Rusa tak hanya menantang hewan
lain untuk berlomba lari, mereka juga menyita tempat tinggal hewan yang
kalah dalam perlombaan itu. Akhirnya, hewan-hewan lain tak memiliki
tempat tinggal. Sebaliknya, rusa-rusa itu menjadi penguasa hutan
tersebut.
Sementara itu, tak jauh dari hutan, yaitu di tepi Pulau Aru, hiduplah
sekelompok siput laut. Tempat tinggal mereka indah dan udaranya masih
segar. Meskipun siput laut yang tinggal di sana cukup banyak, mereka
saling setia kawan. Kelompok rusa yang mengetahui wilayah itu, ingin
menguasainya. Seperti biasa, pemimpin rusa berniat mengajak siput laut
untuk berlomba lari melawannya.
Dalam hati ia tertawa, “Bukankah siput jalannya sangat lambat? Aku
akan mengalahkan mereka dengan mudah,” pikirnya. Lalu ia menemui
pemimpin siput Laut yang bernama Kulomang. Di luar dugaan, Kulomang
menerima tantangannya. “Baiklah jika itu maumu. Jika kau menang,
ambillah wilayah kami ini,” jawab Kulomang mantap.
Sebenarnya rusa terkejut mendengar jawaban Kulomang, tapi ia tertawa dalam hati.
“Hihihi… benar-benar tak tahu diri. Berani sekali ia mempertaruhkan
wilayahnya. Kita lihat saja besok.” Rusa tak tahu, meskipun siput Laut
berjalan sangat lambat, mereka memiliki akal yang cerdik.
Keesokan harinya, pemimpin rusa telah siap di tempat pertandingan.
Rusa-rusa yang lain ikut untuk memberi semangat. Kulomang datang
sendiri, tak ada teman yang menemaninya.
“Hei, mana teman-temanmu?” tanya rusa heran.
“Itu tak penting, yang penting adalah kalahkan aku dan wilayah ini akan jadi milikmu,” jawab Kulomang santai.
Diam-diam, Kulomang telah mengatur strategi bersama teman-temannya.
Ia sebenarnya membawa sepuluh temannya, namun mereka bersembunyi untuk
mendengarkan aturan pertandingan. Setelah mendengar semuanya, kesepuluh
siput laut itu menempatkan diri masing-masing di tempat perhentian yang
telah ditentukan.
“Siap? Satu dua tigaaaa. lari!” teriak salah satu rusa memberi aba-aba.
Rusa lari dengan santai. Ia pikir, untuk apa cepat-cepat? Toh siput
laut berlari sangat lambat. Kulomang berlari dengan tenang. Rusa
mengejeknya “Menyerah sajalah, daripada kau buang-buang tenaga. Kau tak
mungkin menang.”
Kulomang hanya tersenyum. Kemudian rusa berlari kencang
meninggalkannya. Tak terasa, rusa telah tiba di perhentian pertama. Ia
menoleh ke belakang dan tersenyum, “Pasti siput itu masih jauh di
belakang,”
“Siapa bilang aku masih di belakang?” tiba- tiba terdengar jawaban
Kulomang. Sebenarnya itu bukan Kulomang, melainkan temannya yang
menunggu di pemberhentian pertama. Rusa terkejut setengah mati, ia heran
bagaimana Kulomang bisa mendahuluinya?
Tak mau kalah, ia berlari melesat menuju pemberhentian kedua. “Hehe…
kali ini pasti ia kalah,” ejek rusa sambil menengok ke belakang lagi.
Tapi apa yang terjadi? Tiba-tiba Kulomang sudah berjalan di depannya dan
menuju ke pemberhentian ketiga.
“Aku ada di depanmu rusa,” teriak Kulomang. Rusa terkejut. Ia berlari
lagi secepat mungkin, ia tak mau kalah dari Kulomang. Namun setiap kali
ia tiba di perhentian, selalu saja Kulomang sudah ada di depannya.
Rusa kelelahan, namun ia terus berlari kencang. Akhirnya ia tiba di
perhentian terakhir. Matanya terbelalak ketika ia melihat Kulomang telah
menantinya si situ. Karena kelelahan, rusa pun jatuh tersungkur. Ia
malu, apalagi ternyata hewan-hewan yang lain juga menyaksikan
pertandingan itu.
Mereka tertawa mengejek rusa, “Hei rusa yang sombong, sekarang kau
sadar kan, kau bukanlah hewan tercepat. Siput yang lambat ini justru
lebih cepat darimu.” Rusa sangat malu, rupanya ia bukanlah hewan
terhebat. Demikian juga dengan teman-temannya, mereka tak lagi sombong.
Mereka bahkan mengembalikan wilayah-wilayah yang direbut dari
hewan-hewan yang lain. Sejak saat itu, keadaan di hutan kembali damai
seperti dulu. Tentunya tak seekor hewan pun yang membocorkan rahasia
Kulomang pada rusa-rusa itu.
No comments:
Post a Comment