Thursday, 2 June 2016

Danau Si Losung dan Si Pinggan

Konon, ada dua orang kakak beradik bernama Datu Dalu dan Sangmaima. Orangtua mereka mewariskan sebilah tombak pusaka. Sesuai dengan adat masyarakat Tapanuli, tombak pusaka itu jatuh ke tangan Datu Dalu sebagai anak tertua.
Suatu hari, Sangmaima hendak meminjam tombak tersebut untuk berburu babi hutan yang berkali-kali merusak ladang mereka.
“Kau boleh meminjamnya, tetapi jagalah tombak itu dengan baik, jangan sampai hilang,” pesan Datu Dalu.
Sangmaima berhasil menombak perut seekor babi hutan dengan tombak tersebut. Namun ternyata, babi hutan itu masih bisa melarikan diri ke hutan belantara.
Datu Dalu marah ketika mengetahui tombak pusakanya hilang. “Aku tidak mau tahu, kau harus menemukan tombak itu!” katanya kepada Sangmaima.
Lalu, Sangmaima menyusuri jejak-jejak babi buruannnya yang terluka itu. Namun, jejak-jejak tersebut menghilang di sebuah lubang besar.
Ternyata, lubang tersebut adalah pintu sebuah istana kerajaan yang sangat indah. Sangmaima menemukan seorang putri cantik yang sedang kesakitan dengan sebuah tombak menancap di perutnya. Putri cantik itu ternyata adalah jelmaan babi hutan yang terluka oleh lemparan tombak milik Datu Dalu.
Sangmaima sangat senang telah menemukan kembali tombak pusaka milik kakaknya. Dengan ilmu pengobatan yang didapat dari orangtuanya, Sangmaima mengobati luka sang putri hingga sembuh.
Datu Dalu sangat gembira karena tombak pusakanya telah kembali. Untuk merayakan hal itu, ia mengadakan sebuah pesta besar di rumahnya. Namun, ia tidak mengundang adiknya.
Sangmaima merasa sakit hati. la membuat sebuah pesta yang lebih meriah untuk menyaingi pesta yang diselenggarakan Datu Dalu. Pada pestanya, Sangmaima mengadakan pertunjukan menarik, yaitu seorang perempuan yang badannya dihiasi dengan berbagai macam bulu burung hingga menyerupai burung ernga. Pertunjukan ini membuat banyak sekali tamu datang ke rumah Sangmaima.
Ketika mengetahui adiknya mengadakan pesta yang Iebih meriah, Datu Dalu berniat mengadakan pertunjukan burung ernga juga.
“Adikku, bisakah aku meminjam perempuan burung ernga itu untuk pesta di rumahku?”
“Boleh saja, Kak. Namun, kakak harus berjanji untuk menjaganya, jangan sampai perempuan burung ernga itu hilang,” kata Sangmaima.
Sangmaima mengantarkan perempuan itu ke rumah Datu Dalu. Kemudian, ia bersembunyi di atap rumah Datu Dalu. Ketika malam tiba, ia menyelinap menemui perempuan burung Ernga itu.
“Perempuan burung ernga, besok sebelum matahari terbit kau harus pergi dari sini. Dengan demikian, kakakku mengira kau menghilang!” kata Sangmaima. Perempuan itu menuruti perintah Sangmaima.
Keesokan harinya, Datu Dalu terkejut ketika mengetahui perempuan itu sudah tidak ada. Datu Dalu berusaha mengganti kerugian itu dengan emas, tetapi Sangmaima tidak bersedia menerimanya.
Akhirnya, perkelahian antara keduanya tidak dapat dihindari. Datu Dalu mengambil sebuah lesung lalu melemparkannya ke arah adiknya. Namun, sang adik menghindar, sehingga lesung tersebut melayang tinggi dan jatuh ke kampung Sangmaima. Ajaibnya, di tempat jatuhnya lesung itu kemudian terbentuk sebuah danau. Kini, danau itu disebut dengan Danau Losung.
Sangmaima tidak kalah marahnya, ia melemparkan sebuah piring ke arah kakaknya. Namun, Datu Dalu pun berhasil menghindar, sehingga piring yang dilemparnya jatuh di kampung Datu Dalu. Di tempat jatuhnya piring terbut juga terbentuk sebuah danau yang kemudian disebut Donau Si Pinggan.


No comments:

Post a Comment